- Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Melena
adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang
disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. BAB darah atau biasa
disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah berwarna merah
terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan tinja.
Sebagian besar BAB
darah berasal dari luka di usus besar, rektum, atau anus. Warna darah pada
tinja tergantung dari lokasi perdarahan. Umumnya, semakin dekat sumber perdarahan
dengan anus, semakin terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di
anus, rektum dan kolon sigmoid cenderung berwarna merah terang dibandingkan
dengan perdarahan di kolon transversa dan kolon kanan (lebih jauh dari anus)
yang berwarna merah gelap atau merah tua.
2.
Tanda
dan gejala
a. Syok (denyut Jantung, Suhu
Tubuh),
b. Penyakit hati kronis (sirosis
hepatis),
c. Demam ringan 38-39°C,
d. Nyeri di perut,
e. Hiperperistaltik,
f. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat
setelah beberapa jam,
g. Peningkatan kadar urea darah
setelah 24-48 jam
karena pemecahan protein darah oleh
bakteri usus.
3.
Etiologi
a.
Adanya luka atau
pendarahan di lambung atau usus.
b.
Tukak lambung .
c.
Wasir.
d.
Disentri.
e.
Minuman beralkohol.
4.
Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam
hepar mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk
saluran kolateral dalam submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding
abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar.
Dengan meningkatnya teklanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh
darah (disebut varises). Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan
gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah
tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung.
Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan
mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini
merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat
pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan , penurunan perfusi
jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi
metabolsime anaerobi, dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan
memberikan efek pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang
mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan.
5. Pemeriksaan diagnosis
a. Laboratorium
(pemeriksaan darah)
·
Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Hmt, peningkatan leukosit.
·
Elektrolit : penurunan
kalium serum, peningkatan natrium, glukosa serum dan laktat.
b. Radiologi
·
Barrium Foloow through.
·
Barrium enema.
c.
Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.
6. Penatalaksanaan
a. Pengaturan
diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat. Dianjurkan untuk menghindari susu.
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat. Dianjurkan untuk menghindari susu.
b. Pengaturan
obat-obatan
7. Komplikasi
a.
Encelofati
b.
Asites
c.
Sirosis Hepatis
B. Konsep Asuhan
Keperawatan
1.
Pengkajian Keperawatan
a.
Anamnese
1)
Identitas klien.
2)
Riwayat keperawatan.
3)
Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. tonus
dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi
BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
4)
Riwayat kesehatan masa lalu.
5)
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
6)
Riwayat psikososial keluarga.
7)
Kebutuhan dasar.
·
Pola eliminasi
Perubahan BAB lebih dari 4 kali sehari,
BAK sedikit atau jarang.
·
Pola nutrisi
Diawali dengan mual, muntah,
anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien.
·
Pola istirahat dan istirahat
Terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
·
Pola hygiene
Kebiasaan mandi setiap harinya.
·
Pola aktivitas
Terganggu karena kondisi tubuh yang
lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
b. Pemerikasaan fisik
1) Pemeriksaan psikologis : keadaan
umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi
cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
2) Pemeriksaan sistematik :
·
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir,
mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
·
Perkusi : adanya distensi abdomen.
·
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
·
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tinja, darah lengkap.
2.
Diagnosa keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake asupan yang tidak adekuat.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan distensi abdomen.
d. Ansietas
berhubungan dengan sakit kritis.
3.
Rencana
Keperawatan
a.
Diagnosa 1
Defisit volume cairan dan elektrolit
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
Tujuan dan kriteria hasil:
Devisit cairan dan elektrolit
teratasi.Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balance cairan seimbang.
Rencana Tindakan :
·
Observasi tanda-tanda vital.
·
Observasi tanda-tanda dehidrasi.
·
Hitung input dan output cairan (balance cairan).
·
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan,
pemeriksaan lababoratorium elektrolit.
·
Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah garam.
b.
Diagnosa 2.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake asupan yang tidak kuat.
Tujuan dan kriteria hasil:
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
teratasi. Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan,
mual, muntah tidak ada.
Rencana
Tindakan :
·
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
·
Timbang berat badan klien.
·
Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
·
Lakukan pemeriksaan fisik abdomen (palpasi, perkusi, dan auskultasi).
·
Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi
sering.
·
Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
c.
Diagnosa 3
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan dan Kriteria hasil :
Nyeri dapat teratasi. Nyeri dapat
berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang.
Rencana
Tindakan
:
·
Observasi tanda-tanda vital.
·
Kaji tingkat rasa nyeri.
·
Atur posisi yang nyaman bagi klien.
·
Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
·
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgetik
sesuai indikasi.
d.
Diagnosa 4
Ansietas
berhubungan dengan sakit kritis.
Tujuan dan
kriteria hasil :
Rasa cemas
pasien teratasi. Pasien tampak rileks.
Rencana
tindakan :
·
Kaji rasa cemas pasien.
·
Berikan motivasi pada pasien untuk semangat sembuh.
·
Berikan penjelasan mengenai sakit yang diderita pasien.
·
Ciptakan suasana yang menyenangkan bagi pasien
4.
Implementasi
Keperawatan
a.
Gunakan deskripsi tindakan untuk menentukan apa yang
telah dikerjakan.
b.
Identifikasi alat yang digunakan.
c.
Be ikan kenyamanan, keamanan, dan perhatikan lingkungan
selama melalukan tindakan keperawatan.
d.
Catat waktu dan orang yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan tindakan.
e.
Catat semua respoinformasi tentang pasien.
5. Evaluasi
a. Volume cairan dan elektrolit kembali
normal sesuai kebutuhan.
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai
kebutuhan tubuh.
c. Rasa nyaman terpenuhi.
d. Rasa cemas
pasien teratasi.
REFERENSI
Dongoes. 2000. Diagnosa Keperawatan.
Edisi 8. Jakarta : EGC.
http://hidayat2.wordpress.com/download-askep/ diakses tanggal 23 November 2011 pukul 18.00.
http://yandrifauzan.blogspot.com/ diakses tanggal 23 November 2011 pukul 18.10.
makasi... :)
ReplyDelete