A. Sejarah
Singkat MDGs
Pada
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Melenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan
September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang sebagian besar diwakili
oleh kepala negara sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium. Deklarasi ini
menghimpun komitmen para pemimpin dunia yang tidak pernah ada sebelumnya untuk
menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi dan kebebasan fundamental
dalam satu paket. Dalam konteks inilah, negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi
Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals). Setiap tujuan
memiliki satu atau beberapa target beserta indikatornya. MDGs menempatkam
pembangunan manusia sebagai fokus utama pembangunan, memiliki tengat waktu dan
kemajuan yang terukur. MDGs didasarkan pada konsensus dan kemitraan global,
sambil menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan
rumah mereka, sedangkan negara maju berkewajiban mendukung upaya tersebut.
B. Tujuan MDGs
Berikut ini tujuan MDGs:
1.
Tujuan 1: Memberantas kemiskinan dan
kelaparan ekstrim.
2.
Tujuan 2: Mewujudkan pendidikan dasar untuk
semua.
3.
Tujuan 3: Mendorong kesadaran
gender dan pemberdayaan perempuan.
4.
Tujuan 4: Menurunkan
angka kematian anak.
5.
Tujuan 5: Meningkatkan
kesehatan ibu.
6.
Tujuan 6: Memerangi HIV dan AIDS, Malaria serta penyakit lainnya.
7.
Tujuan 7: Memastikan kelestarian lingkungan
8.
Tujuan 8 : Promote Global Partnership For
Development
.
C. Program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM)
1.
Tujuan Program JPKMM
adalah:
a.
Umum:
Meningkatnya
akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat miskin dan tidak
mampu yang membutuhkan pelayanan kesehatan agar tercapai derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya.
b.
Khusus:
1)
Terselenggaranya
pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya.
2)
Terselenggaranya
pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit, BP4 dan BKMM/BKIM.
3)
Terselenggaranya
kegiatan pendukung pelayanan kesehatan.
4)
Terlaksananya kegiatan safeguarding.
2.
Ruang lingkup Program
JPKMM:
a.
Pelayanan kesehatan
dasar di puskesmas dan jaringannya.
b.
Pelayanan kesehatan
rujukan di rumah sakit, BP4, BKMM/BKIM.
c.
Penunjang pelayanan
kesehatan.
d.
Safeguarding.
Safeguarding adalah
kegiatan yang bertujuan untuk menjamin dan mengamankan kegiatan-kegiatan
tersebut di atas agar tetap sasaran, berhasil guna dan berdaya guna.
3.
Prinsip Penyelenggaraan
Program JPKMM:
a.
Pelayanan kesehatan
yang menyeluruh (komprehensif), sesuai standar pelayanan
kesehatan.
b.
Pelayanan kesehatan
dilakukan dengan prinsip terstruktur dan berjenjang.
c.
Pelayanan kesehatan
dasar di puskesmas dan jaringannya, rujukan rawat jalan dan rawat inap kelas III rumah sakit dijamin
pemerintah.
d.
Pelayanan kesehatan
dasar di puskesmas dan jaringannya dengan dana yang dikelola langsung oleh
puskesmas.
e.
Pelayanan rujukan di
rumah sakit pemerintah dan swasta yang ditunjuk, BP4, BKMM/BKIM dengan dana
yang dikelola oleh PT Askes (Persero).
f.
Transparasi dan
akuntabilitas.
4.
Indikator keberhasilan
Program JPKMM:
a.
Penerbita dan
distribusi kartu 100% dari peserta terdaftar.
b.
Angka utilisasi (visit
rate) minimal rata-rata 15%.
c.
BOR rawat inap kelas
III di rumah sakit 80%.
d.
Angka kematian lebih
dari atau sama dengan 48 jam untuk pasien rawat inap kelas III di rumah sakit
maksimal 5%.
e.
Tingkat kepuasan
konsumen minimal 70%.
f.
Cakupan pemeriksaan
kehamilan K4 (90%), persalinan (80%), nifas (90%) dan perawatan bayi baru lahir
KN2 (90%) ole petugas kesehatan, cakupan imunisasi dasar (90%).
g.
Persentase pasien yang
dirujuk dari pelayanan kesehatan dasar 12%.
h.
Universal Child
Imunization (UCI) desa 86,5%.
D. Proses Pembuatan
Kebijakan
Adapun kerangka umum
proses pembuatan kebijakan adalah sebagai berikut :
1.
Identifikasi masalah
dan isu.
Bagaimana cara isu bisa
dijadikan agenda kebijakan?
Kenapa beberapa isu tidak dapat
dibahas?
2.
Perumusan Kebijakan.
Siapa yang merumuskan
kebijakan?
Bagaimana formulasinya?
Dari mana datangnya inisiatif?
3.
Implementasi kebijakan.
Sumber daya apa yang tersedia?
Siapa yang harus dilibatkan?
Bagaimana implementasi dapat
dikuatkan.
4.
Evaluasi kebijakan.
Efek apa yang terjadi apabila
kebijakan mulai berjalan?
Apakah bisa dimonitor?
Bagaimana cara mencapai tujuan?
E. Perumusan
Kebijakan
Dalam proses merumuskan
kebijakan, Thomas R. Dye memperkenalkan sembilan model dasar tentang perumusan
kebijakan, 4 diantaranya yaitu :
1.
Model Teori Kelompok
Model
teori kelompok sesungguhnya merupakan abstraksi dari proses formulasi kebijakan
yang di dalamnya beberapa kelompok kepentingan berusaha untuk mempengaruhi isi
dan bentuk kebijakan secara interaktif.
2.
Model Teori Elit
Kelompok
elit secara top down membuat kebijakan publik untuk diimplimentasikan kepada
rakyat banyak atau massa. Jadi teori Elit ini pada prinsip dasarnya adalah setiap
elit politik ingin mempertahankan status quo maka kebijakan menjadi bersifat konservatif.
Kebijakan-kebijakan yang dbuat oleh para elit politik tidaklah berarti selalu
mementingkan kesejahteraan masyarakat. Ini adalah kelemahan-kelemahan dari
model elit.
3.
Model Teori
Rasionalisme
Perumusan
kebijakan model ini mengedepankan gagasan bahwa kebijakan publik sebagai maximum
social gain yang berarti pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus memilih
kebijakan yang memberikan manfaat optimum bagi masyarakat.
4.
Model Inkrementalis
Perumusan
kebijakan model ini melihat bahwa kebijakan publik merupakan variasi ataupun
kelanjutan dari kebijakan di masa lalu. Pendekatan ini diambil ketika pengambil
kebijakan berhadapan dengan keterbatasan waktu, ketersediaan informasi, dan
kecukupan dana untuk melakukan evaluasi kebijakan secara komprehensif.
Pilihannya adalah melanjutkan kebijakan di masa lalu dengan beberapa modifikasi
seperlunya.
Pada bab ini penulis mencoba mengkaji apakah pelaksanaan Kebijakan
KesehatanNasional sudah cukup mendukung realisasi komitmen MDGs yang berkaitan
dengan kesehatan masyarakat miskin.
Dari pengetahuan dan penilaian penulis terhadap kebijakan yang
mendukung pelaksanaan Program pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin, yang
telah ada sejak tahun 1998, banyak isu-isu yang muncul sehubungan dengan
pelaksanaannya, diantaranya adalah:
1. Isu
tidak tepatnya sasaran dalam penentuan keluarga miskin
2. Isu
pembiayaan yang kurang memadai
3. Isu mutu
dan distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata
4. Isu
pembiayaan yang kurang memadai
5. Isu
upaya kesehatan kuratif lebih ditonjolkan
Isu-isu ini
akan sangat mempengaruhi kualitas dan efisiensi pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat.
No comments:
Post a Comment