Wednesday 14 February 2018

PENATALAKSANAAN GAGAL JANTUNG

PENATALAKSANAAN GAGAL JANTUNG

Pengertian
Gagal  jantung  adalah  kumpulan  gejala  yang kompleks  dimana  seorang  pasien  harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti  paru  atau  edema  pergelangan  kaki);  adanya  bukti  objektif  dari  gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat.
Definisi gagal jantung Gagal jantung merupakan kumpulan gejala klinis pasien dengan tampilan seperti : Gejala khas gagal jantung : Sesak nafas saat istrahat atau aktifitas, kelelahan,  edema tungkai DAN Tanda  khas  Gagal  Jantung : Takikardia,  takipnu,  ronki  paru, efusi  pleura, peningkatan tekanan vena jugularis, edema perifer, hepatomegali. DAN Tanda  objektf  gangguan  struktur  atau   fungsional  jantung  saat  istrahat, kardiomegali,  suara  jantung  ke  tiga,  murmur jantung,  abnormalitas  dalam  gambaran ekokardiografi, kenaikan konsentrasi peptida natriuretic.

Manifestasi klinis gagal jantung
Tipikal, tandanya:
- Sesak nafas
- Ortopneu
- Paroxysmal nocturnal dyspnoe
- Toleransi aktifitas yang berkurang
- Cepat lelah
- Begkak di pergelangan kaki
Spesifik gejalanya:
- Peningkatan JVP
- Refluks hepatojugular
- Suara jantung S3 (gallop)
- Apex jantung bergeser ke lateral - Bising jantung

Kurang tipikal, tandanya:
- Batuk di malam / dini hari
- Mengi
- Berat badan bertambah > 2 kg/minggu
- Berat badan turun (gagal jantung stadium lanjut)
- Perasaan kembung/ begah
- Nafsu makan menurun
- Perasaan bingung (terutama pasien usia lanjut)
- Depresi - Berdebar - Pingsan
Kurang tipikal  gejalanya:
- Edema perifer 
- Krepitasi pulmonal
- Sura pekak di basal paru pada perkusi
- Takikardia
- Nadi ireguler
- Nafas cepat
- Heaptomegali
- Asites
 - Kaheksia


Klasifikasi
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kelainan struktural jantung atau berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsional NYHA.

Klasifikasi berdasarkan kelainan struktural jantung
1.       Stadium A Memiliki  risiko  tinggi  untuk berkembang  menjadi  gagal jantung. Tidak terdapat gangguan struktural  atau  fungsional jantung, tidak  terdapat tanda atau gejala
2.       Stadium B Telah  terbentuk  penyakit  struktur jantung  yang  berhubungan dengan  perkembangan  gagal jantung, tidak  terdapat tanda atau gejala
3.       Stadium C Gagal jantung yang simtomatik berhubungan dengan penyakit struktural jantung yang mendasari
4.       Stadium D Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat bermakna saat istrahat walaupun sudah mendapat terapi medis maksimal (refrakter)

Klasifikasi berdasarkan kapsitas fungsional (NYHA)
1.       Kelas I Tidak  terdapat  batasan  dalam melakukan  aktifitas  fisik. Aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi  atau  sesak nafas
2.       Kelas II Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak  terdapat  keluhan  saat istrahat,  namun  aktifitas  fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
3.       Kelas III Terdapat batasan  aktifitas bermakna. Tidak  terdapat     keluhan saat  istrahat,  tetapi  aktfitas  fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak
4.       Kelas IV Tidak  dapat  melakukan  aktifitasfisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat  istrahat.  Keluhan  meningkat saat melakukan aktifitas

Gagal jantung sering juga diklasifikasikan sebagai gagal jantung dengan penurunan fungsi sistolik (fraksi ejeksi) atau dengan gangguan fungsi diastolik  (fungsi sistolik atau fraksi ejeksi normal), yang selanjutnya akan disebut sebagai Heart Failure with Preserved Ejection Fraction (HFPEF). Selain itu, myocardial remodeling juga akan berlanjut dan menimbulkan sindroma klinis gagal jantung

TEKNIK DIAGNOSTIK
Uji diagnostik biasanya paling sensitif pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi rendah.Uji diagnostik sering kurang sensitf pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal. Ekokardiografi merupakan metode yang paling berguna dalam melakukan evaluasi disfungsi sistolik dan diastolik

Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan elektrokardiogram harus dikerjakan pada semua pasien diduga gagal jantung.Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal jantung (Tabel 4).Abnormalitas EKG memiliki nilai prediktif yang kecil dalam mendiagnosis gagal jantung, jika EKG normal, diagnosis gagal jantung khususnya dengan disfungsi sistolik sangat kecil (< 10%).

Foto Toraks
Merupakan  komponen  penting  dalam diagnosis gagal jantung. Rontgen toraks dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura dan dapat mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau  memperberat sesak nafas (Tabel 5). Kardiomegali dapat tidak ditemukan pada gagal jantung akut dan kronik.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah darah perifer lengkap (hemo-globin, leukosit, trombosit), elektrolit, kreatinin, laju filtrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan urinalisis. Pemeriksaan tambahan laindipertimbangkan sesuai tampilan klinis. Gangguan hematologis  atau  elektrolit  yang  bermakna jarang  dijumpai  pada pasien dengan gejala ringan sampai sedang yang belum  diterapi, meskipun   anemia  ringan,  hiponatremia,  hiperkalemia  dan  penurunan  fungsi ginjal  sering  dijumpai  terutama  pada  pasien  dengan  terapi  menggunakan diuretik dan/atau ACEI (Angiotensin Converting Enzime Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker), atau antagonis aldosterone

Peptida Natriuretik
Terdapat  bukti - bukti  yang  mendukung  penggunaan  kadar plasma peptidanatriuretik  untuk diagnosis, membuat keputusan merawat atau memulangkan  pasien,  dan  mengidentifikasi  pasien pasien yang  berisiko  mengalami dekompensasi.  Konsentrasi peptida natriuretik yang  normal  sebelum pasien  diobati  mempunyai  nilai prediktif  negatif  yang  tinggi  dan  membuat  kemungkinan  gagal  jantung  sebagai penyebab gejalagejala yang dikeluhkan pasien menjadi sangat kecil. 
Kadar peptida natriuretik yang tetap tinggi walaupun terapi optimal mengindikasikan prognosis buruk.Kadar peptidanatriuretik meningkat sebagai respon peningkatan tekanan dinding ventrikel. Peptida natriuretik mempunyai waktu paruh yang panjang, penurunan tiba-tiba tekanan dinding ventrikel tidak langsung menurunkan kadar peptida natriuretik.

Troponin I atau T
Pemeriksaan  troponin dilakukan  pada  penderita  gagal  jantung  jika  gambaran klinisnya  disertai dugaan  sindroma  koroner  akut.  Peningkatan  ringan  kadar troponin  kardiak sering  pada gagal  jantung berat atau  selama  episode  dekompensasi gagal  jantung pada penderita tanpa iskemia miokard.

Ekokardiografi
Istilah ekokardiograf digunakan untuk semua teknik pencitraan ultrasound jantung termasuk pulsed and continuous wave Doppler, colour Doppler dan tissue Doppler imaging (TDI). Konfirmasi  diagnosis  gagal  jantung  dan/atau  disfungsi  jantung dengan  pemeriksaan ekokardiografi  adalah  keharusan  dan  dilakukan  secepatnya  pada pasien dengan dugaan  gagal  jantung. Pengukuran fungsi ventrikel untuk membedakan antara pasien disfungsi sistolik dengan pasien dengan fungsi sistolik normal adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri (normal > 45 - 50%)

TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI
MANAJEMEN PERAWATAN MANDIRI
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan pengobatan gagal jantung dan dapat  memberi  dampak  bermakna perbaikan  gejala gagal jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup, morbiditas  dan prognosis. Manajemen perawatan mandiri dapat didefnisikan sebagai  tindakan-tindakan  yang  bertujuan  untuk  menjaga stabilitas  fisik, menghindari  perilaku  yang  dapat memperburuk  kondisi  dan  mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung.  

Ketaatan pasien berobat
Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup pasien. Berdasarkan literatur, hanya 20 - 60% pasien yang taat pada terapi farmakologi maupun non-farmakologi
Pemantauan berat badan mandiri
Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat kenaikan berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretik atas pertmbangan dokter (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti C)

Asupan cairan
Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari dipertimbangkan terutama pada pasien dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan rutin pada semua pasien dengan gejala ringan sampai sedang tidak memberikan keuntungan klinis (kelas rekomendasi IIb, tingkatan bukti C)

Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan gagal jantung dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup (kelas rekomendasi IIa, tingkatan bukti C)

Kehilangan berat badan tanpa rencana
Malnutrisi klinis atau subklinis umum dijumpai pada gagal jantung berat.Kaheksia jantung (cardiac cachexia) merupakan prediktor penurunan angka kelangsungan hidup.Jika selama 6 bulan terakhir berat badan > 6 % dari berat badan stabil sebelumnya tanpa disertai retensi cairan, pasien didefinisikan sebagai kaheksia. Status nutrisi pasien harus dihitung dengan hati-hati (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti C)

Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik dikerjakan di rumah sakit atau di rumah (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti A)

Aktvitas seksual
Penghambat 5-phosphodiesterase (contoh: sildenafil) mengurangi tekanan pulmonal tetapi tidak direkomendasikan pada gagal jantung lanjut dan tidak boleh dikombinasikan dengan preparat nitrat (kelas rekomendasi III, tingkatan bukti B)



No comments:

Post a Comment