PERMASALAHAN ETIKA DIBIDANG KESEHATAN
A. Definisi
Kemajuan ilmu dan teknologi
terutama dibidang biologi dan kedokteran telah menimbulkan berbagai
permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum teratasi (
catalano, 1991).
Etika adalah peraturan atau
norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan
dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan
suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001)
Etik merupakan suatu
pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah, kebajikan atau
kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI atau IBI.
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI atau IBI.
Nilai-nilai (values) adalah
suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau
pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu
organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan
sebagai perilaku personal
Moral hampir sama dengan
etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar atau salah. Hal ini
sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan praktek
professional
Perawat atau bidan memiliki
komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan
standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional. Pengetahuan
tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau bidan, dan berlanjut
pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman. Perilaku yang
etis mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh perilaku
pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam
hal ini, perawat atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu
pendekatan berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan
/kebidanan.
B. Pendekatan
Berdasarkan Prinsip
Pendekatan berdasarkan
prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan bimbingan untuk
tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat pendekatan prinsip
dalam etika biomedik antara lain; (1) Sebaiknya mengarah langsung untuk
bertindak sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonomi setiap orang: (2)
Menghindarkan berbuat suatu kesalahan; (3) Bersedia dengan murah hati
memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala konsekuensinya; (4) Keadilan
menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.
Dilema etik muncul ketika
ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam bertindak. Contoh;
seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi bayinya yang
lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan pernah menikmati
kehidupan bahagia yang paling sederhana sekalipun. Di sini terlihat adanya
kebutuhan untuk tetap menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan
bayinya, tetapi dilain pihak masyarakat berpendapat akan lebih adil bila
pengobatan diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan mempunyai harapan
hidup yang besar. Hal ini tentu sangat mengecewakan karena tidak ada satu
metoda pun yang mudah dan aman untuk menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih
penting, bila terjadi konflik diantara kedua prinsip yang berlawanan. Umumnya,
pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih
membingungkan. Hal ini dapat mengurangi perhatian perawat atau bidan terhadap
sesuatu yang penting dalam etika.
Terutama kemajuan di bidang
biologi dan kedokteran, telah menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema
etika kesehatan yang sebagian besar belum teratasi (cakalano, 1991). Kemajuan
teknologi kesehatan saat ini telah meningkatkan kemampuan bidang kesehatan
dalam mengatasi kesehatan dan memperpanjang usia. Jumlah golongan usia lanjut
yang semakin banyak, keterbatasan tenaga perawat, biaya perawatan yang semakin
mahal, dan keterbatasan sarana kesehatan, telah menimbulkan etika keperawatan
bagi individu perawat atau persatuan perawat ( Mc. Croskey, 1990 ).
C. Beberapa
pengertian yang berkaitan dengan dilema etik.
1. Etik
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ).
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ).
2. Etik Keperawatan
Etik
keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah laku
dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan
keperawatan yang bersifat professional. Prilaku etik akan dibentuk oleh
nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan.
3. Kode Etik Keperawatan
Kode
etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip imum yang telah diterima oleh
suatu profesi. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif
dari profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan
praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat,
teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain, yang berfungsi untuk
a. Memberikan dasar dalam
mengatur hubungan antara perawat, pasien, tenaga kesehatan lain, masyarakat dan
profesi keperawatan.
b. Memberikan dasar dalam
menilai tindakan keperawatan
c. Membantu masyarakat untuk mengetahui
pedoman dalam melaksanakan praktek keperawatan.
d. Menjadi dasar dalam membuat
kurikulum pendidikan keperawatan ( Kozier & Erb, 1989 )
4. Dilema Etik
Dilema
etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral
suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu
kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada
dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benara atau salah dan dapat
menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat
nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga
timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson
(1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau
tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau yang
salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada
pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
D. Prinsip-Prinsip
Moral Dalam Praktek Keperawatan
Prinsip moral merupakan
masalah umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik.
Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan
dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu. ( John Stone, 1989
)
1.
Autonomi
Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri, berarti menghargai manusia sehingga memperlakukan mereka sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.
Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri, berarti menghargai manusia sehingga memperlakukan mereka sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.
2.
Benefesience
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi pasien.
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi pasien.
3.
Justice
Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap individu mendapat pperlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup seseorang
Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap individu mendapat pperlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup seseorang
4.
Veracity
Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun suatu hubungan denganorang lain. Kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau penghargaan terhadap otonomi seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang sebenarnya.
Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun suatu hubungan denganorang lain. Kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau penghargaan terhadap otonomi seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang sebenarnya.
5.
Avoiding
Killing
Merupakan prinsip yang
menekankan kewajiban perawat untuk menghargai kehidupan. Bila perawat
berkewajiban melakukan hal-hal yang menguntungkan (Benefisience ) haruskah
perawat membantu pasien mengatasi penderitaannya ( misalnya akibat kanker )
dengan mempercepat kematian ? Kewajiban perawat untuk menghargai eksistensi
kemanusiaan yang mempunyai konsekuensi untuk melindungi dan mempertahankan
kehidupan dengan berbagai cara.
6.
Fedelity
Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Kewajiban ini meliputi meenepati janji, menyimpan rahasia dan “caring “
Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Kewajiban ini meliputi meenepati janji, menyimpan rahasia dan “caring “
E. Proses
Pemecahan Masalah Dilema Etik
Kerangka pemecahan dilema
etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka
proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain :
1.
Model
Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
Ada lima langkah-langkah
dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik
moral
c. Membuat tujuan dan rencana
pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
2.
Kerangka
pemecahan dilema etik (kozier & erb, 1989 )
a. Mengembangkan data dasar.
Untuk
melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi
:
·
Siapa
yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
·
Apa
tindakan yang diusulkan
·
Apa
maksud dari tindakan yang diusulkan
·
Apa
konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang
terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif
tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir
atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang
terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban
perawat
f. Membuat keputusan
3.
Model
Murphy dan Murphy
a. Mengidentifikasi masalah
kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam
pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran
perawat
e. Mempertimbangkan berbagai
alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar
kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan
keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien
i.
Analisa
situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
4.
Model
Curtin
a. Mengumpulkan berbagai latar
belakang informasi yang menyebabkan masalah
b. Identifikasi bagian-bagian
etik dari masalah pengambilan keputusan.
c. Identifikasi orang-orang yang
terlibat dalam pengambilan keputusan.
d. Identifikasi semua
kemungkinan pilihan dan hasil dari pilihan itu.
e. Aplikasi teori, prinsip dan
peran etik yang relevan.
f. Memecahkan dilemma
g. Melaksanakan keputusan
5.
Model
Levine – Ariff dan Gron
a. Mendefinisikan dilemma
b. Identifikasi faktor-faktor
pemberi pelayanan.
c. Identifikasi faktor-faktor
bukan pemberi pelayana
·
Pasien
dan keluarga
·
Faktor-faktor
eksternal
d. Pikirkan faktor-faktor
tersebut satu persatu
e. Identifikasi item-item
kebutuhan sesuai klasifikasi
f. Identifikasi pengambil
keputusan
g. Kaji ulang pokok-pokok dari
prinsip-prinsip etik
h. Tentukan
alternatif-alternatif
i.
Menindaklanjuti
6.
Langkah-langkah
menurut Purtilo dan Cassel ( 1981). Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah
dalam membuat keputusan etik
a. Mengumpulkan data yang
relevan
b. Mengidentifikasi dilemma
c. Memutuskan apa yang harus
dilakukan
d. Melengkapi tindakan
7.
Langkah-langkah
menurut Thompson & Thompson ( 1981) mengusulkan 10 langkah model keputusan
bioetis
a. Meninjau situasi untuk
menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen etis dan
petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi
tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral
pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral
dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik
nilai yang ada.
F.
Masalah Etika Dalam Pelayanan
Kesehatan
Menurut Ellis, Hartley (1980) masalah etika tsb meliputi:
1. Evaluasi diri
Evaluasi diri mempunyai hub erat dg pengembangan karier,
aspek hukum dan pendidikan berkelanjutan. Merupakan tanggung jawab etika bagi
semua perawat. Dengan evaluasi diri perawat dpt mengetahui kelemahan,
kekurangan, dan kelebihannya sebagai perawat praktisi. Evaluasi diri mrp salah
satu cara melindungi klien dari pemberian perawatan yg buruk
Ellis dan Hartley, menyatakan bahwa evaluasi diri terkadang
tidak mudah dilakukan oleh beberapa perawat. Evaluasi diri sebaiknya dilakukan
secara periodik Eavaluasi diri dilakukan agar perawat menjadi istimewa atau
kompeten dl memberikan asuhan keperawatan
2. Evaluasi Kelompok
Tujuan evaluasi kelompok untuk mempertahankan konsistensi
kualitas asuhan keperawatan yg baik, yg merupakan tanggung jawab etis. Evaluasi
kelompok dapat dilakukan secara formal dan informal. Evaluasi secara informal
contoh dg observasi langsung saat tindakan atau mengamati perilaku sesama rekan.
Masalah etika muncul saat perawat mengamati rekan kerjanya yg berperilaku tidak
sesuai standar. Evaluasi kelompok secara formal merupakan tanggung jawab etis
perawat dan organisasi profesi Dasar untuk melakukan evaluasi asuhan
keperawatan adalah standar praktek keperawatan yg digunakan untuk mengevaluasi
proses
Dasar untuk evaluasi perawatan klien digunakan kriteria
hasil. Secara Formal metode evaluasi kelompok meliputi konfrensi yang membahas
berbagai hal yang diamati, wawancara dg klien atau staf, observasi langsung
pada klien dan audit keperawatan berdasarkan catatan klien.
3. Tanggung jawab terhadap peralatan
dan barang.
Para tenaga kesehatan seringkali membawa pulang
barang-barang kecil spt kassa, kapas, lar. antiseptik, dll. Sebagian dari
mereka tidak tahu apakah hal itu benar atau salah. Bila hal tsb dibiarkan rumah
sakit akan rugi, dan beban pada klien lebih berat.
Perawat harus dapat memberi penjelasan pd orang lain /
tenaga kesehatan bahwa mengambil barang walaupun kecil secara etis tidak
dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap
peralatan dan barang di tempat kerja.
4. Merekomendasikan klien pada
dokter
Perawat dapat memberikan informasi ttg berbagai altenatif,
misalnya bila seorang klien ingin memeriksa ke dokter ahli kandungan, perawat
dapat menyebutkan tiga nama dokter dg beberapa informasi penting alternative lain
ttg keahlian dan pendekatan yg dipakai dokter pada klien. Secara hukum perawat
tidak boleh memberikan kritik ttg dokter kepada klien.
5. Menghadapi asuhan keperawatan
yg buruk.
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantuØ
pencapaian kesejahteraan klien. Perawat harus mampuØ mengenal/tanggap bila bila
ada asuhan keperawatan yg buruk serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut.
EllisØ & Hartley (1980)
menjelaskan beberapa tahap yg dapat dilakukan bila perawat menghadapi asuhan
yang buruk.
Tahapan-tahapannya
yaitu:
a. Pertama, mengumpulkan
informasi yg lengkap dan sah, jangan membuat keputusan berdasarkan gosip,
umpatan atau dari satu pihak
b. Kedua,Ø
mengetahui siapa saja pembuat keputusan atau yg memiliki pengaruh thd
terjadinya perubahan.
c. membawa masalah kepada
pengawasØ terbawah. Namum belum tentu masalah ini akan dihiaraukan
oleh pengawas.
Pendekatan awal
mis: secara sukarela menjadi anggota panitia penilai kelompok. Pendekatan awal
lainnya dg menggunakan sisitem informal, yaitu dg cara mendiskusikan masalah dg
orang yg dipercaya dan berpengaruh dalam system. Bila scr informal td berhasil
lakukan pendekatan formal melalui jalur resmi.
6. Masalah antara peran merawat
dan mengobati
Peran perawat scr formal adalah memberikan asuhan
keperawatan. Berbagai faktor menyebabkan peran perawat menjadi kabur dg peran
mengobati. Hal ini banyak dialami di Indonesia, terutama perawat di puskesmas
Hasil penelitian Sciortino (1992) menunjukkan pertentangan
antara peran formal dan aktual perawat merupakan salah satu contoh nyata
bagaimana transmisi yg terganggu antara tingkat nasional dan lokal dapat
mempengaruhi fungsi pelayanan. Perawat tidak melakukan apa yg secara formal
diharapkan dan telah diajarkan kepada mereka. Perawat dl melaksanakan tugas
delegatif yaitu dalam pelayanan pengobatan, secara hukum tidak dilindungi.
Perawat yg akan ditugaskn di unit pelayanan (PKM, BP) yg
belum ada tenaga medis, perlu diberikan surat tugas serta uraian tugas yg jelas
dari pimpinan. Merupakan aspek legal dl memberikan pelayanan.
G. Permasalahan
Dalam Dunia Perawat
1.
Masalah perawat dan sejawat
Sebagai anggota profesi keperawatan perawatØ
harus dapat bekerja sama dengan teman sesama perawat dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan. Perawat harus dapat membina hubungan baik dengan
sesama perawat yg ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina hubungan tsb
sesama perawat harus saling menghargai serta tenggang rasa agar tidak terjadi
saling curiga. Memupuk rasa persaudaraan dengan cara:
a. Silih asuh, yaitu sesama
perawat dp saling membimbing, manasehati, menghormati dan mengingatkan bila
sejawat melakukan kesalahan atau kekeliruan shg terbina hubungan saling serasi.
b. Silih asih, yaitu setiap
perawat dp saling menghargai satu sama lain, saling bertenggang rasa serta
bertoleransi shg tidak terpengaruh oleh hasutan yg dapat menimbulkan sikap
saling curiga dan benci.
c. Silih asah, perawat yg merasa
lebih pandai/tahu dalam ilmu pengetahuan dapat mengamalkan ilmu yg telah diperolehnya
kepada rekan sesame.
2.
Masalah perawat dan klien
Pada beberapa situasi, perawat mempunyai masalah etis yg
melibatkan klien, keluarga dan keduanya. Contoh: Seorang perawat menangani
wanita yg terluka dl kecelakaan mobil. Suaminya yg mengalami kecelakaan juga
dirawat di RS lain dan meninggal. Klien terus menerus bertanya ttg suaminya.
Dokter memberitahu perawat agar td mengatakannya pada klien dan mengarang
jawaban, tapi dr tsb tidak mencari alasan. Disini, posisi perawat tersebut
mengalami konflik nilai. Haruskan perawat mengatakan secara jujur atau harus
berbohong? Perawat harus berkata secara bijaksana bahwa kesehatan klien lebih
penting untuk dipertahankan. Dasar hubungan antara perawat dan klien adalah
hubungan saling menguntungkan (Mutual humanity).
Perawat mempunyai hak dan kewajiban untuk melaksanakan asuhan
keperawatan seoptimal mungkin dengan pendekatan bio-psiko-sosialspiritual. Hubungan
yag baik antara perawat dan klien akan terjadi bila:
a. Terdapat rasa saling percaya
antara perawat dan klien.
b. memahami hak klien dan harus
melindungi hak tersebut.
c. Perawat harus memahami
keberadaan klien shg bersikap sabar dan tetap mempertahankan pertimbangan etis
dan moral.
d. Perawat harus dapat
bertanggung jawab dan bertangung gugat atas segala resiko yg mungkin timbul
selama klien dalam asuhan keperawatannya.
e. Perawat selalu berusaha untuk
menghindari konflik antara nilai pribadinya dg nilai pribadi klien dg cara
membina hubungan baik.
3.
Masalah perawat dengan
profesi kesehatan lain.
Kedokteran dan keperawatan, walaupun kedua ilmu ini berfokus
sama pada manusia, tapi keduanya mempunyai perbedaan Kedokteran bersifat
pathernalistic, yg mencerminkan figur seorang bapak, pemimpin dan pembuat
keputusan Keperawatn bersifat mothernalistic, yg mencerminkan figur ibu dalam
memberikan asuhan, kasih sayang dan bantuan
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat
profesional melalui kerjasama bersifat kolaboratif dg klien dan tenaga
kesehatan lainnya, dl memberikan asuhan holistik sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya. Dokter dan perawat merupakan mitra kerja dl mencapai tujuan
untuk menyembuhkan penyakit dan mempertahankan kesehatan klien Saling percaya
dan percaya diri merupakan hal utamaPeran perawat. Peran mandiri, peran perawat
dl memberikan asuhan keperawatan yg dapat dipertanggungjawabkan oleh perawat
secara mandiri Peran delegatif, peran dlm melaksanakan program kesehatan yg
pertanggungjawabannya dipegang oleh dokter Peran kolaborasi, merupakan peran
perawat dalam mengatasi permasalahan secara team work dengan tim kesehatan.
Dalam pelaksanaannya, apabila setiap profesi telah dapat
saling menghargai, menghormati, hubungan kerjasama akan dapat terjalin dg baik
walaupun dalam pelaksanaannya sering terjadi konflik etis.
No comments:
Post a Comment