Thursday 20 September 2012

PERMASALAHAN ETIKA DIBIDANG KESEHATAN


 PERMASALAHAN ETIKA DIBIDANG KESEHATAN
A.  Definisi
Kemajuan ilmu dan teknologi terutama dibidang biologi dan kedokteran telah menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum teratasi ( catalano, 1991). 
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001)
Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI atau IBI. 
Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal
Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan praktek professional
Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau bidan, dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman. Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan /kebidanan.

B.  Pendekatan Berdasarkan Prinsip
Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan bimbingan untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat pendekatan prinsip dalam etika biomedik antara lain; (1) Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonomi setiap orang: (2) Menghindarkan berbuat suatu kesalahan; (3) Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala konsekuensinya; (4) Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.
Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam bertindak. Contoh; seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi bayinya yang lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan pernah menikmati kehidupan bahagia yang paling sederhana sekalipun. Di sini terlihat adanya kebutuhan untuk tetap menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan bayinya, tetapi dilain pihak masyarakat berpendapat akan lebih adil bila pengobatan diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan mempunyai harapan hidup yang besar. Hal ini tentu sangat mengecewakan karena tidak ada satu metoda pun yang mudah dan aman untuk menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih penting, bila terjadi konflik diantara kedua prinsip yang berlawanan. Umumnya, pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih membingungkan. Hal ini dapat mengurangi perhatian perawat atau bidan terhadap sesuatu yang penting dalam etika.
Terutama kemajuan di bidang biologi dan kedokteran, telah menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum teratasi (cakalano, 1991). Kemajuan teknologi kesehatan saat ini telah meningkatkan kemampuan bidang kesehatan dalam mengatasi kesehatan dan memperpanjang usia. Jumlah golongan usia lanjut yang semakin banyak, keterbatasan tenaga perawat, biaya perawatan yang semakin mahal, dan keterbatasan sarana kesehatan, telah menimbulkan etika keperawatan bagi individu perawat atau persatuan perawat ( Mc. Croskey, 1990 ).

C.  Beberapa pengertian yang berkaitan dengan dilema etik.
1.    Etik
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ).
2.    Etik Keperawatan
Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Prilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan.
3.    Kode Etik Keperawatan
Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip imum yang telah diterima oleh suatu profesi. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain, yang berfungsi untuk
a.       Memberikan dasar dalam mengatur hubungan antara perawat, pasien, tenaga kesehatan lain, masyarakat dan profesi keperawatan.
b.      Memberikan dasar dalam menilai tindakan keperawatan
c.       Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam melaksanakan praktek keperawatan.
d.      Menjadi dasar dalam membuat kurikulum pendidikan keperawatan ( Kozier & Erb, 1989 )
4.    Dilema Etik
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benara atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.

D.  Prinsip-Prinsip Moral Dalam Praktek Keperawatan
Prinsip moral merupakan masalah umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu. ( John Stone, 1989 )
1.      Autonomi
Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri, berarti menghargai manusia sehingga memperlakukan mereka sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.
2.      Benefesience
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi pasien.
3.      Justice
Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap individu mendapat pperlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup seseorang
4.      Veracity
Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun suatu hubungan denganorang lain. Kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau penghargaan terhadap otonomi seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang sebenarnya.
5.      Avoiding Killing
Merupakan prinsip yang menekankan kewajiban perawat untuk menghargai kehidupan. Bila perawat berkewajiban melakukan hal-hal yang menguntungkan (Benefisience ) haruskah perawat membantu pasien mengatasi penderitaannya ( misalnya akibat kanker ) dengan mempercepat kematian ? Kewajiban perawat untuk menghargai eksistensi kemanusiaan yang mempunyai konsekuensi untuk melindungi dan mempertahankan kehidupan dengan berbagai cara.
6.      Fedelity
Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Kewajiban ini meliputi meenepati janji, menyimpan rahasia dan “caring “

E.  Proses Pemecahan Masalah Dilema Etik
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain :
1.      Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
a.       Mengkaji situasi
b.      Mendiagnosa masalah etik moral
c.       Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d.      Melaksanakan rencana
e.       Mengevaluasi hasil
2.      Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 1989 )
a.       Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi :
·      Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
·      Apa tindakan yang diusulkan
·      Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
·      Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
b.      Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c.       Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d.      Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat
e.       Mengidentifikasi kewajiban perawat
f.       Membuat keputusan
3.      Model Murphy dan Murphy
a.       Mengidentifikasi masalah kesehatan
b.      Mengidentifikasi masalah etik
c.       Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d.      Mengidentifikasi peran perawat
e.       Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f.       Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g.      Memberi keputusan
h.      Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien
i.        Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
4.      Model Curtin
a.       Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan masalah
b.      Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan.
c.       Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
d.      Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari pilihan itu.
e.       Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan.
f.       Memecahkan dilemma
g.      Melaksanakan keputusan
5.      Model Levine – Ariff dan Gron
a.       Mendefinisikan dilemma
b.      Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan.
c.       Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayana
·      Pasien dan keluarga
·      Faktor-faktor eksternal
d.      Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu
e.       Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi
f.       Identifikasi pengambil keputusan
g.      Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik
h.      Tentukan alternatif-alternatif
i.        Menindaklanjuti
6.      Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981). Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a.       Mengumpulkan data yang relevan
b.      Mengidentifikasi dilemma
c.       Memutuskan apa yang harus dilakukan
d.      Melengkapi tindakan
7.      Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981) mengusulkan 10 langkah model keputusan bioetis
a.       Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b.      Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c.       Mengidentifikasi Issue etik
d.      Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e.       Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f.       Mengidentifikasi konflik nilai yang ada.
F.   Masalah Etika Dalam Pelayanan Kesehatan
Menurut Ellis, Hartley (1980) masalah etika tsb meliputi:
1.    Evaluasi diri
Evaluasi diri mempunyai hub erat dg pengembangan karier, aspek hukum dan pendidikan berkelanjutan. Merupakan tanggung jawab etika bagi semua perawat. Dengan evaluasi diri perawat dpt mengetahui kelemahan, kekurangan, dan kelebihannya sebagai perawat praktisi. Evaluasi diri mrp salah satu cara melindungi klien dari pemberian perawatan yg buruk
Ellis dan Hartley, menyatakan bahwa evaluasi diri terkadang tidak mudah dilakukan oleh beberapa perawat. Evaluasi diri sebaiknya dilakukan secara periodik Eavaluasi diri dilakukan agar perawat menjadi istimewa atau kompeten dl memberikan asuhan keperawatan
2.    Evaluasi Kelompok
Tujuan evaluasi kelompok untuk mempertahankan konsistensi kualitas asuhan keperawatan yg baik, yg merupakan tanggung jawab etis. Evaluasi kelompok dapat dilakukan secara formal dan informal. Evaluasi secara informal contoh dg observasi langsung saat tindakan atau mengamati perilaku sesama rekan. Masalah etika muncul saat perawat mengamati rekan kerjanya yg berperilaku tidak sesuai standar. Evaluasi kelompok secara formal merupakan tanggung jawab etis perawat dan organisasi profesi Dasar untuk melakukan evaluasi asuhan keperawatan adalah standar praktek keperawatan yg digunakan untuk mengevaluasi proses
Dasar untuk evaluasi perawatan klien digunakan kriteria hasil. Secara Formal metode evaluasi kelompok meliputi konfrensi yang membahas berbagai hal yang diamati, wawancara dg klien atau staf, observasi langsung pada klien dan audit keperawatan berdasarkan catatan klien.
3.    Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang.
Para tenaga kesehatan seringkali membawa pulang barang-barang kecil spt kassa, kapas, lar. antiseptik, dll. Sebagian dari mereka tidak tahu apakah hal itu benar atau salah. Bila hal tsb dibiarkan rumah sakit akan rugi, dan beban pada klien lebih berat.
Perawat harus dapat memberi penjelasan pd orang lain / tenaga kesehatan bahwa mengambil barang walaupun kecil secara etis tidak dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang di tempat kerja.
4.    Merekomendasikan klien pada dokter
Perawat dapat memberikan informasi ttg berbagai altenatif, misalnya bila seorang klien ingin memeriksa ke dokter ahli kandungan, perawat dapat menyebutkan tiga nama dokter dg beberapa informasi penting alternative lain ttg keahlian dan pendekatan yg dipakai dokter pada klien. Secara hukum perawat tidak boleh memberikan kritik ttg dokter kepada klien.
5.    Menghadapi asuhan keperawatan yg buruk.
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantuØ pencapaian kesejahteraan klien. Perawat harus mampuØ mengenal/tanggap bila bila ada asuhan keperawatan yg buruk serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. EllisØ & Hartley (1980) menjelaskan beberapa tahap yg dapat dilakukan bila perawat menghadapi asuhan yang buruk.
Tahapan-tahapannya yaitu:
a.       Pertama, mengumpulkan informasi yg lengkap dan sah, jangan membuat keputusan berdasarkan gosip, umpatan atau dari satu pihak
b.      Kedua,Ø mengetahui siapa saja pembuat keputusan atau yg memiliki pengaruh thd terjadinya perubahan.
c.       membawa masalah kepada pengawasØ terbawah. Namum belum tentu masalah ini akan dihiaraukan oleh pengawas.
Pendekatan awal mis: secara sukarela menjadi anggota panitia penilai kelompok. Pendekatan awal lainnya dg menggunakan sisitem informal, yaitu dg cara mendiskusikan masalah dg orang yg dipercaya dan berpengaruh dalam system. Bila scr informal td berhasil lakukan pendekatan formal melalui jalur resmi.
6.    Masalah antara peran merawat dan mengobati
Peran perawat scr formal adalah memberikan asuhan keperawatan. Berbagai faktor menyebabkan peran perawat menjadi kabur dg peran mengobati. Hal ini banyak dialami di Indonesia, terutama perawat di puskesmas
Hasil penelitian Sciortino (1992) menunjukkan pertentangan antara peran formal dan aktual perawat merupakan salah satu contoh nyata bagaimana transmisi yg terganggu antara tingkat nasional dan lokal dapat mempengaruhi fungsi pelayanan. Perawat tidak melakukan apa yg secara formal diharapkan dan telah diajarkan kepada mereka. Perawat dl melaksanakan tugas delegatif yaitu dalam pelayanan pengobatan, secara hukum tidak dilindungi.
Perawat yg akan ditugaskn di unit pelayanan (PKM, BP) yg belum ada tenaga medis, perlu diberikan surat tugas serta uraian tugas yg jelas dari pimpinan. Merupakan aspek legal dl memberikan pelayanan.

G. Permasalahan Dalam Dunia Perawat
1.    Masalah perawat dan sejawat
Sebagai anggota profesi keperawatan perawatØ harus dapat bekerja sama dengan teman sesama perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Perawat harus dapat membina hubungan baik dengan sesama perawat yg ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina hubungan tsb sesama perawat harus saling menghargai serta tenggang rasa agar tidak terjadi saling curiga. Memupuk rasa persaudaraan dengan cara:
a.       Silih asuh, yaitu sesama perawat dp saling membimbing, manasehati, menghormati dan mengingatkan bila sejawat melakukan kesalahan atau kekeliruan shg terbina hubungan saling serasi.
b.      Silih asih, yaitu setiap perawat dp saling menghargai satu sama lain, saling bertenggang rasa serta bertoleransi shg tidak terpengaruh oleh hasutan yg dapat menimbulkan sikap saling curiga dan benci.
c.       Silih asah, perawat yg merasa lebih pandai/tahu dalam ilmu pengetahuan dapat mengamalkan ilmu yg telah diperolehnya kepada rekan sesame.
2.    Masalah perawat dan klien
Pada beberapa situasi, perawat mempunyai masalah etis yg melibatkan klien, keluarga dan keduanya. Contoh: Seorang perawat menangani wanita yg terluka dl kecelakaan mobil. Suaminya yg mengalami kecelakaan juga dirawat di RS lain dan meninggal. Klien terus menerus bertanya ttg suaminya. Dokter memberitahu perawat agar td mengatakannya pada klien dan mengarang jawaban, tapi dr tsb tidak mencari alasan. Disini, posisi perawat tersebut mengalami konflik nilai. Haruskan perawat mengatakan secara jujur atau harus berbohong? Perawat harus berkata secara bijaksana bahwa kesehatan klien lebih penting untuk dipertahankan. Dasar hubungan antara perawat dan klien adalah hubungan saling menguntungkan (Mutual humanity).
Perawat mempunyai hak dan kewajiban untuk melaksanakan asuhan keperawatan seoptimal mungkin dengan pendekatan bio-psiko-sosialspiritual. Hubungan yag baik antara perawat dan klien akan terjadi bila:
a.       Terdapat rasa saling percaya antara perawat dan klien.
b.      memahami hak klien dan harus melindungi hak tersebut.
c.       Perawat harus memahami keberadaan klien shg bersikap sabar dan tetap mempertahankan pertimbangan etis dan moral.
d.      Perawat harus dapat bertanggung jawab dan bertangung gugat atas segala resiko yg mungkin timbul selama klien dalam asuhan keperawatannya.
e.       Perawat selalu berusaha untuk menghindari konflik antara nilai pribadinya dg nilai pribadi klien dg cara membina hubungan baik.
3.    Masalah perawat dengan profesi kesehatan lain.
Kedokteran dan keperawatan, walaupun kedua ilmu ini berfokus sama pada manusia, tapi keduanya mempunyai perbedaan Kedokteran bersifat pathernalistic, yg mencerminkan figur seorang bapak, pemimpin dan pembuat keputusan Keperawatn bersifat mothernalistic, yg mencerminkan figur ibu dalam memberikan asuhan, kasih sayang dan bantuan
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama bersifat kolaboratif dg klien dan tenaga kesehatan lainnya, dl memberikan asuhan holistik sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. Dokter dan perawat merupakan mitra kerja dl mencapai tujuan untuk menyembuhkan penyakit dan mempertahankan kesehatan klien Saling percaya dan percaya diri merupakan hal utamaPeran perawat. Peran mandiri, peran perawat dl memberikan asuhan keperawatan yg dapat dipertanggungjawabkan oleh perawat secara mandiri Peran delegatif, peran dlm melaksanakan program kesehatan yg pertanggungjawabannya dipegang oleh dokter Peran kolaborasi, merupakan peran perawat dalam mengatasi permasalahan secara team work dengan tim kesehatan.
Dalam pelaksanaannya, apabila setiap profesi telah dapat saling menghargai, menghormati, hubungan kerjasama akan dapat terjalin dg baik walaupun dalam pelaksanaannya sering terjadi konflik etis.

No comments:

Post a Comment